Kamis, 27 Mei 2010

* ..PUSARA INI UNTUK JIWAKU KAH ?..*

Namun asa perlahan melipir.
Detak nadi rindu tinggal satu.
Hela nafas rasa nyaris secuil sisa.
 Ini hari kematian...,kelopak mawar hitam berguguran siap kau taburkan pada timbunan tanah basah sisa penghujan.
 Diatasnya kan kau tancap batu nisan kerinduan.
Jiwaku terkulai bersimbah lara. Dan kau menangis dalam luka.
 KENAPA TAK KAU PERSIAPKAN KERANDA BAGI RASAKU YANG KAU BUNUH PAKSA? ...

|atas nama tjinta : OW|

*MESKI KU TLAH TERBIASA..*

Pada setiap pertemuan tak pernah kurencanakan perpisahan.
Tak pernah.
Namun kenapa tjinta selalu hanya indah diawal? memburai janji hati tuk tak saling terganti.
Tiap detik adalah detak rindu.
Tiap dentam nadi selaik dentum haru.
Tiap tarikan nafas berhembus pengharapan.
Kau, aku, tak pernah bukan KITA.
 Tapi itu dulu, namun tidak kini.
Menjuntai kata sesal, mengandai tiap jengkal terjegal.
Membilang angka muspra tuk rasa yang tersia.
 Katamu lamis, setapis ari tipis.
 Mengatas namakan tjinta dalam norma ketakutan yang kau cipta sendiri.
 Menggubah elegi jadi tragedi. Katamu kata lelaki yang tak seharusnya kuamini dalam tiap sembahyang maripatku.
Mestinya tak seperti ini...,
tapi kau lelaki yang lelaki.

*BUKAN SEPERTI INI...*

Pernahkah kita menjeda hari tanpa perhelatan?
 aku mengemas semua dalam bingkai ingatan.
 Merentang malam dalam sepanjang kebersamaan...
kataku "Percakapan hati kita belum selesai.
 Tak kan pernah usai..".
Kataku masih melimpah, ingin kuruah, luapi bening telaga hatimu.
 Sepenuh waktu, selapis batas nafasku.
Meski tak lagi sesyahdu lalu. Bagiku masih selembut rindu.
 |Dan kini badai membawa perahu menepi..|
 bukan.
Bukan seperti ini cara mengakhiri.....


.|surat biru buat OW|

Sabtu, 22 Mei 2010

*DI BAWAH LANGIT SURABAYA, *

*Penghujan setia menandai pertemuan pertemuan kita.
Langit menangis, rasaku kesejukan gerimis.
Dapatkah kau lupa begitu saja? pikirku 'tidak'..!
 rerupa peran dalam adegan tanpa naskah ritmik kita mainkan dalam sahaja.
Kau jadi siapa, aku jadi apa, kita menjelma sepasang.
 Betapa mungkin kukaburkan selagi garis garis samar begitu semangat kupertebal.
Duhai, dibawah langit surabaya...
143 hari kini tertengarai.
Jangan pergi, jangan pernah pergi.
Waktuku terlanjur kubagi tuk mengingatmu.
Menempuh 100 jam perjalanan, tegakah kau siakan?

|Surat buat OW|..