Pada setiap pertemuan tak pernah kurencanakan perpisahan.
Tak pernah.
Namun kenapa tjinta selalu hanya indah diawal? memburai janji hati tuk tak saling terganti.
Tiap detik adalah detak rindu.
Tiap dentam nadi selaik dentum haru.
Tiap tarikan nafas berhembus pengharapan.
Kau, aku, tak pernah bukan KITA.
Tapi itu dulu, namun tidak kini.
Menjuntai kata sesal, mengandai tiap jengkal terjegal.
Membilang angka muspra tuk rasa yang tersia.
Katamu lamis, setapis ari tipis.
Mengatas namakan tjinta dalam norma ketakutan yang kau cipta sendiri.
Menggubah elegi jadi tragedi. Katamu kata lelaki yang tak seharusnya kuamini dalam tiap sembahyang maripatku.
Mestinya tak seperti ini...,
tapi kau lelaki yang lelaki.
Tak pernah.
Namun kenapa tjinta selalu hanya indah diawal? memburai janji hati tuk tak saling terganti.
Tiap detik adalah detak rindu.
Tiap dentam nadi selaik dentum haru.
Tiap tarikan nafas berhembus pengharapan.
Kau, aku, tak pernah bukan KITA.
Tapi itu dulu, namun tidak kini.
Menjuntai kata sesal, mengandai tiap jengkal terjegal.
Membilang angka muspra tuk rasa yang tersia.
Katamu lamis, setapis ari tipis.
Mengatas namakan tjinta dalam norma ketakutan yang kau cipta sendiri.
Menggubah elegi jadi tragedi. Katamu kata lelaki yang tak seharusnya kuamini dalam tiap sembahyang maripatku.
Mestinya tak seperti ini...,
tapi kau lelaki yang lelaki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar