* hari ini gerimis menitis diambang teritis. Tanpa gelegar guntur tanpa gemuruh badai namun petir menyambar hatiku...,seorang teman menghantar kabar kajari menjemput tuk mengantarkanmu kerumah jeruji besi. Meski sebelumnya telah kau paparkan kemungkinan itu tapi tak dapat kuduga bahwa semua akan menjelma nyata. * Masih lekat di ingatan saat kita bertutur ttg orasi dan puisi,ttg pasukan 0I Banten, ttg Pandeglang, ttg teman teman di Baduy, ttg HQ,,,masih kuingat...* Tetap kuhidupkan inginmu ttg sua kita yg tak ingin kau tunda. Aku memaknainya sebagai sebentuk petanda kini. Katamu "Usai lebaran tak mungkin terjadi, ayah mau sekarang!"...lantas sebuah perjalanan panjang kau tapakkan. Dari gambir ke pulo gadung kau jajaki demi sekuncup asa yg mulai bermekaran. Melintas malam di atas laju roda Arena, sebelum akhirnya telapak jenjang kakimu membawa senyum dini itu. * Dan hari ini Jeruji besi memenjarakan ragamu, tp tidak jiwamu. Tatah semangat telah menggurat, tetap menggurat pada ranah Banten dan Pandeglang. Gegap katamu menoreh dijantung Saung Venuz...* Ayah, mataku mengaca tukmu, ijinkan mengalir persatu basahi rasa yg mengayuh haru. * Cuma tetes kecil diantara gulir deras air mata Pandeglang...yg menangis bagimu. *AYAH...